MAHASISWA SEBAGAI ROLE MODEL DAN AGENT OF CHANGE TERMASUK DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT

Mahasiswa merupakan salah satu unsur dalam masyarakat yang ternyata memiliki peran penting dalam kehidupan sosial di masyarakat. Paradigma masyarakat awam yang selalu mengatakan bahwa “Kamu itu mahasiswa lho, pasti pintar, bisa mengubah masyarakat,” adalah salah satu yang ternyata menjadi beban berat bagi mahasiswa itu sendiri. Membawa perubahan bagi masyarakat bukanlah hal yang mudah apalagi bagi seorang mahasiswa yang pada kenyataannya belum memiliki peran resmi di masyarakat sebagai agen pengubah. Sementara paradigma lain dari para masyarakat yang mengaku pintar bahwa “Masih jadi mahasiswa kok udah sok-sok an,” ternyata menjadi penghambat perubahan yang ingin dibawa oleh mahasiswa itu sendiri. Paradigma penghambat inilah yang sebenarnya lebih kuat untuk mengontrol perubahan yang dibawa mahasiswa ke masyarakat karena masyarakat awam pun tidak begitu paham tentang faktor penghambat itu sendiri dan bagaimana cara mengatasinya. Sekalipun dari pihak masyarakat sendiri sudah memiliki kesadaran dan kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik, jika faktor penghambat itu tak bisa diatasi akan sama saja tak akan ada hasilnya atau bahkan perubahan itu tidak akan terjadi.

Akan tetapi, terlepas dari semua hambatan berupa paradigma semacam itu, yang dinamakan usaha harus dilakukan semaksimal mungkin agar perubahan itu terjadi meskipun sedikit demi sedikit dan perlahan tapi pasti. Mahasiswa memang terkadang akan di-judge oleh sebagian pihak sebagai pribadi yang istilahnya ‘sok-sok-an’ jika mencoba membuat perubahan di masyarakat. Namun, peran mahasiswa sebagai role model dan agent of change tentunya tak boleh dilupakan apalagi mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar bagi bangsa ini. Hambatan yang ada tentunya harus bisa diatasi jika perubahan itu ingin dilakukan. Apa saja kira-kira perubahan yang ingin dilakukan oleh mahasiswa di masyarakat? Jawabannya banyak sekali. Aspek-aspek dalam kehidupan masyarakat banyak yang membutuhkan perubahan seperti misalnya masalah kesehatan, kemiskinan dan kesejahteraan, pendidikan, kebersihan, keterbelakangan budaya, dan masalah lainnya. Masalah-masalah tersbut sudah seperti menjadi kebiasaan di masyarakat yang sulit untuk dihilangkan karena sudah mengakar. Dan, mahasiswa hadir sebagai role model dan agent of change untuk mencoba dan berusaha mengubah semua itu untuk menjadi lebih baik lagi.

Dimulai dari masalah kesehatan yang sebenarnya bahkan sejak dulu masalah ini benar-benar sudah diperjuangkan oleh para pemimpin bangsa agar tingkat kesehatan bangsa ini menjadi lebih baik. Problem yang meliputi pun itu-itu saja seperti anak kecil yang mengalami gizi buruk atau angka harapan hidup yang rendah. Anak gizi buruk sebenarnya berkaitan dengan masalah kesejahteraan dan kemiskinan juga. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua untuk memberi makanan sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan oleh si anak. Karena ketidakmampuan ekonomi itulah yang juga menjadi penyebab seorang anak tidak bisa di rawat di rumah sakit karena biaya yang tinggi. Bahkan jaminan kesehatan  yang diberikan oleh pemerintah tak mampu menunjang pelayanan rumah sakit yang layak karena selama ini banyak diskriminasi yang diberikan oleh banyak pihak rumah sakit yang membedakan pasien pengguna layanan jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah dan pasien yang membayar dengan uang sendiri. Pelayanan yang berbeda ini terkadang menghasilkan perawatan kesehatan yang buruk sehingga perawatan pun terkadang lambat hingga menghasilkan perawatan yang kurang maksimal. Bahkan banyak orang tua yang menolak untuk mengobati anaknya yang kekurangan gizi ke rumah sakit dengan alasan tak punya uang. Akibatnya, dengan kemungkinan terburuk, seorang anak bisa saja meninggal karena kekurangan gizi dan perawatan yang tidak optimal baik itu dari orang tua maupun rumah sakit.

Dalam membawa perubahan dalam dunia kesehatan, mahasiswa sebagai agen pembawa perubahan bisa saja mengatasi masalah tersebut dengan cara mengadakan volunteer untuk membantu mereka yang kurang mampu. Regulasi pemerintah bukanlah hambatan jika niat sudah tulus ingin membantu masyarakat. Paradigma masyarakat yang menjadi penghambat juga bukanlah masalah jika memang dari dalam diri sendiri mahasiswa mau membaw perubahan tersebut. Misalnya saja mahasiswa kedoktera yang sedang dalam masa KKN atau Kuliah Kerja Nyata menyelenggarakan posyandu bagi para balita secara cuma-cuma untuk memeriksa gizi para balita agar tidak terjadi kekurangan gizi. Bisa juga dengan mengadakan penyuluhan mengenai asupan gizi balita yang harus dipenuhi agar seorang balita tidak kekurangan gizi. Mencukupi kebutuhan gizi balita memang tidak murah karena dibutuhkan berbagai macam makanan berat, buah-buahan, sayur dan semacamnya. Akan tetapi, bukan tidak ada penyelesaian mengenai masalah tersebut karena tentunya sebagai mahasiswa di ilmu kedokteran apalagi gizi kesehatan pasti tahu apa alternatif yang baik bagi pemenuhan gizi balita yang lebih murah mempertimbangkan dari sisi perekonomian keluarga yang tidak mampu.

Untuk masalah kemiskinan dan kesejahteraan, masalah ini bukanlah masalah yang terjadi dalam waktu sekejap dan memiliki penyelesaian yang cukup sulit jika hanya dilakukan oleh mahasiswa saja. Masalah ini sebenarnya adalah masalah yang mengakar di masyarakat dan sudah terjadi dalam kurun waktu yang terhitung cukup lama. Problem ini utamanya terjadi di kota-kota besar di mana lapangan pekerjaan semakin sempit atau di daerah pedalaman yang memang kurang dijangkau oleh pembangunan. Keduanya memang menjadi problem utama negara Indonesia ini yang sudah disoroti sejak dahulu. Namun, berbagai cara dari pemerintah mulai dari Bantuan Langsung Tunai hingga regulasi menurunkan harga BBM belum bisa menjadi pemecahan masalah yang berarti ketika jurang antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Bagi orang kaya, mereka akan bertambah kaya seiring bertumbuhnya kapitalisme dan bagi si miskin akan semakin sengsara dengan kapitalisme tersebut. Mereka para orang miskin tidak mampu dan tidak berdaya untuk mengejar ketertinggalan perekonomian mereka sehingga jurang itu semakin lebar dari hari ke hari.

Bukan menghapus kapitalisme yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk membuat perubahan, tetapi dengan membantu para rakyat yang kurang sejahtera mengejar ketertinggalan mereka dari si kaya. Mahasiswa sebagai para pemuda yang memiliki banyak ide dan biasanya dicap sebagai manusia yang sedang menyukai banyak tantangan berisiko biasanya memiliki jiwa wirausaha yang besar dan kebanyakan akan membuka bisnis sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dengan semangat mereka inilah sekiranya para rakyat yang kurang mampu dan kurang sejahtera akan mendapat pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Memang berwirausaha adalah prospek di kota-kota besar. Namun, jika dikaji dalam konteks daerah pedalaman yang sekiranya kurang dijangkau oleh pembangunan, peran mahasiswa untuk merubah adalah untuk mengadakan penyuluhan rutin mengenai kewirausahaan yang harus dilakukan oleh penduduk itu sendiri jika ingin sejahtera dan lepas dari kemiskinan. Misalnya saja dengan mengadakan pelatihan membuat benda-benda layak jual yang pembuatannya sederhana dan tidak perlu menggunakan alat dan mesin yang rumit serta mahal. Meskipun perlahan, jika dilakukan seperti itu hasilnya akan pasti terjadi perubahan. Karena untuk mengatasi kemiskinan, bukanlah pihak eksternal yang paling keras berusaha tetapi juga diiringi dengan kemauan kuat dan usaha yang keras dari diri sendiri untuk menerima perubahan dan berubah ke arah yang lebih baik lagi dan lebih sejahtera lagi.

Mengenai masalah pendidikan, yang banyak disorot di Indonesia sekarang ini adalah tingginya angka putus sekolah anak Indonesia yang banyak beralasan karena ketidakmampuan orang tua untuk membiayai merekauntuk bisa terus bersekolah. Pada akhirnya ini memang menjadi salah satu akibat dari rendahnya kesejahteraan dan kemiskinan yang tinggi di Indonesia. kebanyakan dari anak-anak putus sekolah itu pada akhirnya hanya menjadi para pengemis, pengamen, atau bahkan pemulung agar mereka tetap bisa mempertahankan hidup mereka. Namun, salah satu problem lain yang belakangan ini sering di soroti adalah kondisi dari banyak sekolah di Indonesia yang sangat buruk baik itu dari segi infrastrukturnya maupun dari segi tenaga pengajar. Banyak sekolah di Indonesia terutama di daerah pedalaman yang sekali lagi kurang bisa dijangkau oleh pembangunan memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan di mana mereka harus bergantian dlam memakai ruang kelas karena ruangan kelas yang terbatas di suatu sekolah. Sudah dengan rungan yang tidak memadai untuk menampung sejumlah murid, kondisinya pun terkadang sudah hampir hancur dan kekurangan perlengkapan seperti spidol atau kapur untuk mengajar. Dari sisi tenaga pengajar pun di banyak sekolah di pedalaman masih sangat kurang di mana dalam satu sekolah hanya terdapat dua hingga tiga guru untuk mengajar banyak murid. Hal ini tentunya sangat miris ketika kita melihat banyak dari murid sekolah di sekitar kita yang terkadang masih sering membolos ketika mereka sebenarnya mampu mengenyam pendidikan yang lebih layak dari murid yang ada di daerah pedalaman sana.

Dalam membawa perubahan, mahasiswa dapat menggunakan berbagai alternatif. KKN mungkin bisa menjadi salah satu alternatifnya dengan cara membantu para murid dalam belajar dengan menjadi guru bagi mereka. Apalagi ilmu yang kita dapat sebagai orang yang berasal dari kota tentunya bisa dibilang lebih luas dari mereka sehingga menjadi tenaga pengajar bukanlah hal yang buruk. Para murid tersebut juga harus diberi kesadaran dan pemahaman bahwa mereka hars tetap bersekolah bagaimanapun keadaannya karena mereka yang nantinya akan meneruskan bangsa ini. mahasiswa memang mencoba untuk merubah namun tidak selamanya mereka mampu untuk memertahankan perubahan itu jika tidak ada tindak lanjutnya yaitu dari kesadaran masing-masing anak di pedalaman. Mengenai infrastruktur, mungkin butuh biaya yang besar untuk membangun sebuah sekolah. Hal tersebut bisa saja diatasi dengan jalan mencari donatur untuk membangun sekolah yang kondisinya sudah tak layak dipakai. Banyak cara untuk mengubah semua itu d nmeskipun mahasiswa memang masih bisa dibilang kurang mampu tapi tenaga dan semangat mereka yang besar setidaknya juga berperan besar dalam membawa perubahan. Jika menyinggung mengenai anak jalanan yang putus sekolah, mahasiswa bisa saja merubah itu denga menjadi pengajar mereka. mahasiswa mungkin tidak mampu membiayai mereka bersekolah secara formal tapi bisa saja mereka mengadakan sekolah secara nonformal untuk mengajari mereka tentang ilmu-ilmu di sekolah seperti biasanya.

Untuk masalah kebersihan, problem utama biasanya ditemui di daerah perkotaan di mana terdapan banyak daerah kumuh. Problem ini biasanya disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang malas mencari tempat sampah dan jarak rumah mereka yang lebih dekat dengan sungai dibanding dengan tempat pembuangan sampah. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk membuang sampah di sungai karna tidak terlalu merepotkan. Jika nanti banjir, mereka akan merasakan akibatnya namun mereka akan menyalahkan ketidakberdayaan pemerintah dalam mengatasi masalah sampah yang tidak selesai dari hari ke hari. Dalam konteks masalah ini, pemerintah memang sudah berulang kali bahkan sampai tak terhitung jumlahnya dalam memperingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai karena akan menyebabkan pendangkalan sungai dan banjir di musim hujan. Kesadaran masyarakat lah yang perlu dipertanyakan karena peringatan tersebut seperti hanya angin lalu saja dan tidak digubris oleh masyarakat. Mungkin membuang sampah memang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat, tapi semua itu akan menjadi masalah yang lebih besar jika barang barang yang dibuang sudah menckup benda seperti kasur dan bantal.

Masalah mindset sebenarnya bukanlah masalah yang bisa diatasi dengan mudah oleh mahasiswa apalagi yang sudah menjadi budaya sejak lama. Namun, kesadaran dari masyarakat bisa dibangun jika dari pihak mahasiswa sendiri mau mengadakan program seperti membersihkan sungai dan memberi penyuluhan, bukan tentang mencegah masalah kebersihan terjadi tetapi dengan memberi kesadaran bahwa memperbaiki lingkungan yang sudah rusak akan lebih baik karena jika dicegah pun masalah kebersihan itu sudah terjadi. Mereka harus disadarkan bahwa hanya dari masalah kebersihan, berbagai macam penyakit yang bisa sampai ke tingkat yang fatal. Misalnya saja muntaber akibat air yang dipakai untuk membersihkan diri kurang bersih karena berada di sekitar wilayah kumuh. Selain tu, sampah yang dibuanh secara sembarangan akan mengakibatkan penggenangan air sehingga muncul sarang nyamuk yang bisa menyebabkan demam berdarah atau malaria. Mahasiswa yang paham akan hal itu harus memberi tahu kepada masyarakat agar tidak terjadi masalah kesehatan yang lebih parah lagi. Mahasiswa harus mensosialisasikan bahwa pencuncian peralatan masak menggunakan air sungai yang terkontaminasi oleh sampah bisa menyebabkan gangguan masalah kesehatan pencernaan.

Menilik dari segelintir masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya, perubahan bukanlah suatu hal yang mustahil karena pemecahan masalah akan selalu ada. Adalah tugas mahasiswa sebagai role model dan agent of change yang wajib mencari pemecahan masalah itu sebagai salah satu cara membawa perubahan. Bukan tidak mungkin perubahan terjadi meskipun kesadaran masyarakat lah yang perlu ditingkatkan, karena berawal dari usaha mahasiswa untuk membawa perubahan itu sendiri lah yang utama. Jika tidak dimulai dari mahasiswa sebagai ujung tombak negara ini, masyarakat tidak akan sadar karena mereka pun tidak akan diberi dorongan untuk berubah. Masyarakat harus mau keluar dari zona nyaman mereka untuk berubah ke arah yang lebih baik dan adalah tugas mahasiswa sebagai agen pembawa perubaha untuk mendorong masyarakat agar mau keluar dari zona nyaman mereka selama ini. jika mereka berubah menjadi lebih baik, kenyamanan dan keuntungan tentu akan kembali pada diri mereka sendiri karena hidup mereka lebih baik dari yang sebelumnya. Karena itu, peran mahasiswa sebagai generasi yang dicap sebagai pembawa perubahan sangatlah penting di lingkungan sosial masyarakat agar masyarakat bisa menjadi masyarakat yang harmonis dalam kehidupan yang lebih maju di Indonesia ini. Semua itu tentu tidak akan terjadi jika mahasiswa sebagai agent of change tidak memulainya.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, BAHAYA NARKOBA, DAN BAHAYA MEROKOK

Menjadi mahasiswa bukanlah hal yang dianggap mudah. Pasalnya, pada masa ini seseorang biasanya akan dianggap sudah dewasa dan akan lebih tahu mengenai dirinya sendiri serta dapat hidup mandiri. Anggapan inilah yang sebenarnya terkadang berkebalikan dengan kenyataan yang sebenarnya. Seorang mahasiswa biasanya justru akan lebih sibuk dan akan menjadi acuh pada dirinya sendiri. Mereka akan melupakan hal-hal kecil yang harus diperhatikan dalam hidup mereka seperti kebersihan dan kesehatan mereka. Tugas-tugas yang menumpuk dan berbagai macam acara yang diadakan di kampus biasanya akan sangat menyita waktu mereka sehingga hal-hal kecil tersebut menjadi sulit untuk diperhatikan. Mereka juga biasanya akan jarang di rumah dan berhubungan dengan orang tua mereka. Pengawasan orang tua pun semakin menurun akan aktivitas dan kegiatan mahasiswa sehari-harinya. Akibatnya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya karena bisa saja kemungkinan yang buruk terjadi pada mereka seperti misalnya terkena rokok dan narkoba. Mental dan emosi yang labil dari seorang mahasiswa biasanya akan menuntun mereka pada hal-hal baru yang bisa saja behubungan dengan hal-hal negatif seperti rokok dan narkoba tadi.

Mengenai kesehatan, sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang sulit menjaga kesehatannya terutama anak rantau yang memang jauh dari orang tua. Banyak dari mereka yang ternyata tidak mengerti akan batas kemampuan tubuh mereka dalam beraktivitas sehingga mereka akan jatuh sakit ketika daya tahan tubuh mereka menurun akibat kegiatan dan aktivitas yang berlebihan. Mereka biasanya akan melewatkan sarapan dengan alasan bangun kesiangan karena malam hari sebelumnya tidur sangat larut. Karena kebiasaan tidur larut ini, mereka juga akan terbiasa untuk melewatkan sarapan padahal sarapan adalah waktu makan yang penting bagi sistem tubuh. Padahal menurut 7 Manfaat Sarapan Pagi Bagi Kesehatan (2014), sarapan pagi berfungsi salah satunya sebagai sumber energi dan mampu meningkatkan konsentrasi otak. Seperti manfaatnya, melewatkan sarapan mampu menyebabkan tubuh kurang berenergi dan sulit berkonsentrasi pada kuliah pagi hari. Selain kedua manfaat itu, dari sumber yang sama, sarapan mampu mengembalikan metabolisme tubuh dan jika melewatkan sarapan pada pagi hari, metabolisme tubuh akan tidak seimbang dan bisa menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan seperti maag. Jika hanya maag biasa masih bisa dinetralisir, namun akan menjadi bahaya jika sarapan pagi terus dilewatkan. Hasilnya adalah maag tersebut menjadi akut dan sulit untuk disembuhkan. Hal-hal sederhana seperti sarapan tersebut lah yang ternyata menjadi pemicu masalah penyakit besar dan parah pada mahasiswa.

Selain kesehatan, kebersihan adalah hal yang paling sulit dijaga oleh mahasiswa. Bagi mereka yang tidak merantau mungkin saja tidak apa-apa jika kamar mereka berantakan karena mungkin ada orang di rumah yang memahami kondisi mahasiswa yang mungkin super sibuk sehingga membantu untuk memberesi kamar. Tapi, beda halnya dengan mahasiswa rantau yang terkadang tak punya waktu untuk membereskan kamar kos atau kontrakan atau asrama mereka. Kamar mereka akan semakin berantakan dari hari ke hari jika tidak pernah dibereskan dengan alasan tidak punya waktu akibat aktivitas yang super padat dan menyibukkan mereka. Padahal, kamar yang kotor dan berantakan adalah sumber penyakit yang bisa mengancam kesehatan para mahasiswa. Baju mereka yang tergantung dan tidak dicuci akan menjadi sarang nyamuk atau bahkan lebih parah nyamuk demam berdarah. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk bagi mereka apalagi tanpa ada pengawasan orang tua. Dengan begitu, bisa saja mereka terkena masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan kebersihan seperti demam berdarah akibat nyamuk yang bersarang di kamar mereka sendiri. Meskipun agak merepotkan, membereskan kamar adalah hal yang sebenarnya penting bagi mahasiswa. Kamar yang kotor pun tentunya menurunkan semangat mereka untuk belajar di kamar dan memilih untuk belajar di luar kos, asrama, atau kontrakan. Selain menurunkan semangat belajar, tentu saja akan meningkatkan ancaman masalah-masalah kesehatan. Meskipun sepele, kebersihan kamar itu perlu dijaga.

Hal berikutnya yang menjadi masalah adalah hobi merokok. Merokok mungkin memang memberi kenyamanan tersendiri bagi perokoknya. Akan tetapi secara tidak mereka sadari maupun disadari, orang di sekitar mereka atau para perokok pasif akan terkena akibatnya. Mahasiswa perokok biasanya hanya mengikuti teman-temannya yang merokok karena merasa tidak gaul atau cupu jika tidak merokok. Mereka akan dianggap kurang jantan jika tidak merokok dan sebagai pembuktian bahwa mereka tidak seperti apa yang temannya pikirkan, mereka akan ikut merokok. Selain ejekan, paradigma mengenai tidak ingin dianggap berbeda juga merupakan faktor yang berperan penting dalam kebiasaan mahasiswa merokok. Jika mereka berada dalam perkumpulan pertemanan yang sebagian besar perokok, mereka biasanya akan merasa berbeda jika tidak merokok. Pada akhirnya, mereka merokok agar diakui sebagai bagian dari kelompok pertemanan tersebut. Hal inilah yang sebenarnya sepele namun membawa pengaruh besar. Padahal menurut video materi PPSMB 2015, terdapat fakta yang menyebutkan bahwa kematian akibat merokok ada 548 orang per harinya. Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa sebenarnya bahaya merokok sangatlah besar. Dampaknya tidak hanya bagi si perokok aktif itu sendiri tapi juga bagi para perokok pasif di sekitarnya. Kanker pita suara dan kanker paru-paru mengancam para perokok pasif dan aktif. Apalagi mahasiswa yang merokok di lingkungan kampus yang mana kampus merupakan sebuah tempat yang terdapat banyak orang. Jika semakin banyak orang yang menghirup asap rokok tersebut tentu saja ancaman kematian akibat rokok semakin meningkat juga.

Masalah lain yang paling berat dari kehidupan mahasiswa adalah narkoba. Peredaran narkoba di kampus bukanlah hal yang mampu dideteksi dengan mudah. Tekanan dari perkuliahan yang sangat berat biasanya akan memicu mahasiswa untuk mencari penenang untuk sejenak melepaskan penat dari beban kuliah. Pelampiasan yang terburuk yaitu narkoba atau napza. Akibat penggunaannya pun terkadang tidak terlihat secara fisik jika masih pada tahap ringan dalam penggunaan. Namun, jika terus-terusan dipakai, napza atau narkoba bisa menyebabkan berbagai macam gangguan seperti ketergantungan atau sakaw dan perubahan perilaku dan fisik hingga kematian. Pada perubahan perilaku, biasanya pengguna narkoba akan menjadi lebih emosional dan lebih sering marah-marah. Sementara oada perubahan fisik, seorang pengguna narkoba akan menjadi lebih kurus dan malfungsi pada beberapa bagian organ tubuh. Malfungsi inilah yang pada akhirnya menyebabkan kematian karena organ yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Selain merusak tubuh, narkoba juga tentunya akan merusak generasi bangsa. Sebagai seorang mahasiswa, menggunakan narkoba adalah tindakan yang sangat bodoh karena meskipun tidak ketahuan, pada akhirnya kita akan merasakan akibatnya sendiri pada tubuh kita seperti akibat-akibat yang sudah disebutkan. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa tentunya harus terhindar dari narkoba jika memang benar-benar ingin meneruskan bangsa ini. Jika ketahuan menggunakan narkoba bukan tidak mungkin seorang mahasiswa akan merusak namanya sendiri, keluarganya, daerahnya, dan nama almamaternya sendiri. Reputasi baik yang sudah dipertahankan mati-matian oleh setiap bagian almamater akan hancur begitu saja jika suatu kasus narkoba dari mahasiswanya terungkap ke publik.

Tentu saja semua permasalahan di atas tidak mungkin tidak mempunyai solusi. Pada masalah kesehatan yaitu melewatkan sarapan pada pagi hari, hal tersebut tentunya bisa diatasi dengan kemauan mahasiswa sendiri. Bangun lebih pagi untuk memasak atau sekadar membeli sarapan bukanlah hal yang berat dilakukan jika mahasiswa berkemauan untuk hidup sehat dan kesadaran yang tinggi bahwa kesehatan itu penting. Jam tidur yang sedikit mungkin memang menjadi masalah. Akan tetapi semua itu bisa diimbangi jika mahasiswa mau untuk sarapan rutin tiap pagi. Mungkin memang berat bangun di pagi hari untuk sarapan pagi tetapi jika mahasiswa mau berproses lebih keras maka hal tersebut akan dapat dengan mudah diatasi karena kemauan yang kuat untuk berhasil. Jika tidak sempat membeli pun sudah ada solusi lain yang disediakan yaitu jasa pengantar katering sarapan yang saat ini mulai berkembang. Dengan memanfaatkan jasa pengantar katering sarapan tersebut, waktu mahasiswa untuk bersiap di pagi hari tidak akan berkurang untuk pergi membeli atau memasak sarapan pagi. Ketika bangun pagi sehabis mandi dan berberes badan mahasiswa akan menemukan sarapan di depan pintu kosnya dan langsung memakannya sebelum berangkat ke kampus untuk kuliah. Sudah banyak kemudahan dan jasa yang disediakan oleh berbagai pihak untuk mahasiswa yang sibuk berkegiatan di kampus. Kemudahan dan jasa yang disediakan terkait sarapan mahasiswa di pagi hari tentunya akan menghindarkan mahasiswa dari masalah-masalah kesehatan akibat melewatkan sarapan. Rasa malas harus dilawan karena kemudahan yang diberikan pun sudah sangat beragam untuk menjaga mahasiswa dari melewatkan sarapan.

Masalah kedua, yaitu kebersihan, memang hal yang paling lumrah dialami setiap mahasiswa. Memang bagi anak rumahan membereskan kamar adalah hal yang sepele karena mendapat bantuan dari orang rumah. Namun bagi anak kos, asrama, dan kontrakan, membereskan kamar akan menjadi sulit ketika mereka sudah disibukkan dengan urusan-urusan kuliah. Akan tetapi, sebuah solusi ditawarkan bagi masalah ini yaitu jasa membereskan kamar. Mungkin memang agak mahal namun jika dibandingkan dengan jasa yang diberikan tentu cukup memuaskan. Namun jika tidak ingin mengeluarkan banyak uang karea UKT saja sudah memberatkan, seorang mahasiswa bisa saja dengan mudah membereskan kamarnya. Misalnya, setiap sebelum tidur meluangkan waktunya sebentar untuk menata yang mudah-mudah di kamar mereka. Seperti itu setiap malam dan kamar akan kembali bersih. Untuk menjaga kebersihan kamar, mahasiswa harus berkomitmen pada dirinya sendiri untuk menaruh kembali barang-barangnya ke tempat semula dan membuang barang-barang yang tidak terpakai untuk mengurangi beban bersih-bersih. Barang-barang yang kotor seperti baju harus segera dicuci untuk menghindari penumpukan pakaian kotor. Jika malah mencuci sendiri, jasa dan servis laundry sudah banyak tersedia di mana-mana dan mahasiswa tidak perlu repot memikirkan bagaimana caranya mencuci pakaian di sela-sela kesibukan mereka. Jika tidak ada waktu untuk mengantar dan mengambil laundry pun banyak jasa dan servis dari laundry yang menawarkan jasa antar dan jemput laundry. Semua kemudahan ini sudah sangat nyata untuk memberi kenyamanan bagi mahasiswa dalam menjaga kebersihannya.

Selanjutnya pada masalah rokok, kebiasaan ini mungkin memang sulit dihilangkan karena sudah menjadi candu tersendiri pada diri masing-masing mahasiswa. Jika ada kemauan kuat untuk berubah mungkin saja kebiasaan ini bisa dihilangkan. Namun untuk mencegah akibat yang ditimbulkan pada diri para perokok pasif, para mahasiswa yang menjadi perokok aktif harus sadar akan lingkungan sekitanya. Mereka harus peka akan kenyataan bahwa lingkungan yang mereka gunakan juga digunakan oleh orang lain. Bisa saja orang lain itu merasa terganggu akan kegiatan mahasiswa yang sedang merokok. Karena itu, mahasiswa harus tahu akan tempat di mana ia harus merokok dan di mana tempat yang melarangnya merokok. Jika sudah diberikan tempat khusus merokok, mahasiswa harus menggunakan tempat itu untuk merokok dan bukan semaunya merokok di tempat umum dan merugikan orang lain. Mereka juga harus menyadari bahwa merokok itu sama saja membakar uang dan hal tersebut sangatlah sia-sia. Uang tersebut akan lebih berguna jika digunakan untuk hal-hal lain seperti membantu orang lain. Perlunya kesadaran dari diri mahasiswa bahwa merokok itu selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain. Mereka harus sadar bahwa asap rokok yang dihirup oleh orang lain lebih membahayakan dibanding diri sendiri yang merokok biasa. Mereka tidak boleh egois memikirkan kenikmatan merokok pada diri sendiri sementara orang lain di sekitar mereka susah payah melawan penyakit yang ditimbulkan akibat asap yang mereka hirup.

Masalah terakhir adalah narkoba yang sebenarnya sulit dicegah jika sudah terlibat. Untuk mencegah keterlibatan mahasiswa apalagi mahasiswa yang jauh dari orang tua, pihak kampus harus memperketat pengawasan kegiatan sindikat narkoba jika benar-benar ada di sekitar kampus. Dari pihak mahasiswa sendiri juga harus mempunyai kesadaran akan kerugian besar yang akan diterima jika terlibat atau menggunakan narkoba. Mahasiswa harus memperkuat keimanan mereka dan kepercayaan mereka bahwa narkoba itu membawa kerugian besar dalam hidup mereka. Mereka harus sadar bahwa uang yang hendak mereka gunakan untuk membeli barang haram tersebut akan lebih berguna untuk hal yang lain seperti membantu orang yang kesulitan. Mereka juga harus paham bahwa uang yang diberikan oleh orang tua dicari dengan kerja keras dan susah payah dan tidak boleh dihambur-hamburkan untuk barang haram seperti narkoba itu. Mereka harus memikirkan bahwa narkoba itu bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan orang-orang di sekitar mereka terutama keluarga mereka. Mereka harus tahu bahwa pelampiasan tekanan dunia perkuliahan tidak harus melalui penggunaan narkoba tetapi juga bisa melalui hal lain seperti melakukan hobi mereka, berolah raga, memperbanyak teman, dan lain sebagainya yang lebih menguntungkan.

Semua masalah yang sudah disebutkan bukannya tidak bisa dicegah atau diatasi. Masalah-masalah tersebut bisa dicegah dengan berbagai cara dan kemauan dari pihak mahasiswa itu sendiri. jika sudah terjadi pun masalah-masalah tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena selalu ada pemecahan masalah. Setiap mahasiswa pasti mempunyai kesadaran masing-masing jika memang mereka adalah manusia yang memiliki intelektualitas baik. Pihak orang tua pun tidak boleh membiarkan anaknya bebas di wilayah orang tanpa adanya pengawasan yang memadai. Kerugian yang diterima nantinya pun akan berimbas pada orang tua jika anak tidak diawasi secara berkala selama berada di daerah lain yang jauh dari rumah. Kebebasan memang harus diberikan tapi juga harus diberikan batasan agar anak tidak semakin tertekan selain tekanan dari pihak kampus.

Sumber:

7 Manfaat Sarapan Pagi Bagi Kesehatan. 2014. Diakses dari http://manfaat.co.id/manfaat-sarapan-pagi pada tanggal 17 April 2016 pukul 17.33 WIB.

Video Ayo #TolakJadiTarget Iklan Rokok. 2015. PPSMB Palapa 2015

POTENSI PENGEMBANGAN ILMUKU

Menjadi salah satu mahasiswi dari Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada membuat saya banyak mempelajari tentang ilmu mengenai komunikasi baik itu komunikasi intrapersonal, level komunikasi paling dasar, maupun komunikasi massa dengan level komunikasi teratas. Di Departemen Ilmu Komunikasi sendiri nantinya para mahasiswa akan dibagi menjadi dua konsentrasi yaitu yang pertama Konsentrasi Strategis dan Konsentrasi Media dan Jurnalis. Sedikit mengenai kedua konsentrasi tersebut, atau biasa dibilang penjurusan, konsentrasi yang pertama akan dibahas adalah Konsentrasi Strategis. Konsentrasi ini lebih menjurus kepada PR atau Public Relation atau biasa dikelan dengan Humas dan periklanan. Saya kurang tertarik dengan konsentrasi ini karena paradigma saya mengenai konsentrasi ini yang menyatakan bahwa dalam konsentrasi ini lebih banyak praktik berbicara di depan publik. Padahal, saya merasa bahwa berbicara di depan publik bukanlah hal yang mudah dan saya kurang menyukainya. Sementara Konsentrasi Media dan Jurnalis lebih menjurus kepada dunia jurnalisme dan media komunikasi seperti fotografi dan perfilman. Saya tertarik pada konsentrasi ini karena memang sejak awal saya mengenal dunia perfilman dan jurnalisme saya sudah tertarik dan ingin mempelajari lebih dalam lagi.

Masuk di Departemen Ilmu Komunikasi sebenarnya bukan impian saya meskipun sudah sejak lama saya menyukai jurnalisme dan perfilman. Awalnya saya ingin masuk ke Psikologi namun karena alasan prospek kerja di masa depan, saya kemudian memilih untuk mendaftar ke Akuntansi. Namun sekali lagi saya memikirkan tentang persaingan di sekolah saya yang mana bahkan siswa yang mengambil jurusan IPA pun banyak yang ingin mendaftar. Saya kemudian beralih ingin mendaftar Departemen Hubungan Internasional karena peluang yang ketika itu saya lihat masih cukup baik. Kemudian saya mendapat kabar bahwa seseorang yang menurut saya berpeluang lebih besar dari saya untuk masuk departemen tersebut memutuskan untuk mendaftar di departemen itu, saya kembali beralih ke departemen lain yaitu Departemen Ilmu Komunikasi. Saat itu saya sudah tidak tahu lagi harus memilih apa dan saya bahkan sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya akan dipelajari di Departemen Ilmu Komunikasi ini pada awalnya. Saya sebenarnya tertarik pada pariwisata namun kedua orang tua saya menyarankan untuk menaruh pariwisata pada pilihan kedua saja. Pada hari pengumuman, saya ternyata diterima di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada dengan prospek yang sama sekali masih kosong untuk pekerjaan saya ke depannya. Saya bahkan tidak tahu kalau jurnalisme dan perfilman dipelajari juga di Ilmu Komunikasi. Setelah kurang lebih satu bulan berkuliah di Departemen Ilmu Komunikasi, saya akhirnya memiliki pandangan bagaimana komunikasi dipelajari di Universitas Gadjah Mada. Saya bersyukur karena ternyata ketertarikan saya mengenai jurnalisme dan perfilman akan dipelajari di semester 3 nanti.

Setelah satu semester terlewati, ketertarikan saya semakin besar akan jurnalisme dan perfilman. Saya juga memiliki hobi travelling sehingga saya berpikir bahwa ada baiknya jika saya mengaitkan tentang Ilmu Komunikasi dan hobi saya akan pariwisata. Akhirnya, saya mulai mencoba mencari tahun tentang komunikasi pariwisata. Saya ingin menjadi seorang wartawan atau jurnalis di dunia pariwisata baik itu Indonesia maupun dunia. Dengan alasan klasik bahwa saya ingin memperbaiki sistem jurnalisme di Indonesia, saya juga ingin mewujudkan cita-cita lama saya untuk bisa berkeliling dunia dan berkeliling Indonesia. Jika ilmu yang saya miliki tentang komunikasi saya manfaatkan bersama dengan hobi saya, bisa saja kombinasi dari kedua hal tersebut menghasilkan keuntungan bagi saya. Meskipun saya berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, saya kurang suka dan kurang tertarik dengan isu-isu yang berhubungan dengan politik. Saya tahu saya harus peka akan isu-isu semacam itu di sekitar saya namun saya merasa hati nurani saya tidak tergerak untuk hal semacam itu.

Saat berada di semester dua ini, saya mulai memiliki proyeksi ke depan mengenai ilmu-ilmu apa yang akan saya pelajari di Ilmu Komunikasi. Melihat para kakak tingkat saya banyak yang memiliki kesibukan di luar, saya paham bahwa Ilmu Komunikasi itu adalah ilmu yang bisa dibilang cair atau fleksibel karena meskipun kakak tingkat saya mengambil Konsentrasi Media dan Jurnalis, beliau bisa menjadi salah satu pekerja di suatu perusahaan surat kabar di Yogyakarta di mana beliau menjadi salah satu jurnalis musik. Ketertasikan beliau akan musik dan hobi beliau akan beberapa musisi Indonesia lah yang mendorong beliau menjadi seorang jurnalis di dunia musik. Mendengar ceritanya, saya semakin mantap akan keinginan saya untuk menjadi seorang jurnalis pariwisata. Memang bisa dikatakan cukup sulit karena di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik tidak ada mata kuliah yang mengajarkan tentang pariwisata. Akan tetapi, saya tahu saya akan bisa jika saya mencoba dan memperdalam ilmu saya mengenai dunia pariwisata. Semua itu akan mungkin terjadi jika saya mau untuk berusaha.

Namun, seberapa besar usaha saya dalam menggapai impian saya dan seberapa sukses saya nantinya tentu saja saya tidak akan berguna jika hanya saya pendam sendiri semua ilmu yang saya dapatkan. Memiliki keinginan untuk masuk ke Konsentrasi Media dan Jurnalis tentu saja dengan beberapa kondisi dan syarat di mana dalam konsentrasi tersebut nantinya akan mempelajari mengenai dunia tulis dan menulis dan yang lainnya. Dunia penulisan sebenarnya sudah tidak asing bagi saya karena sudah sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar saya sudah menyukai dunia tersebut mulai dari menulis beberapa cerita yang memang tak pernah saya publikasikan hingga di SMA di mana saya mencoba mendaftar di organisasi jurnalistik meskipun akhirnya saya ditolak karena satu dan lain hal serta alasan yang tak pernah saya ketahui. Dari dunia menulis ini, saya berharap agar nantinya saya bisa membagi ilmu yang saya miliki ke banyak orang agar mereka bisa memahami juga. Alasan mengapa saya lebih memilih untuk menuliskan ilmu yang saya miliki ke dalam buku ketimbang menjadi seorang guru yang dengan cara berbicara membagikan ilmu yang dimilikinya adalah karena saya sadar kemampuan saya dalam berbicara kalah jauh dengan kemampuan saya menulis meskipun kemampuan saya menulis juga bisa dibilang belum terlalu baik. Mengutip dari Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul Rumah Kaca bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Dari tulisan beliau, saya belajar bahwa adalah sebuah sia-sia belaka jika saya hanya menyimpan ilmu yang saya ketahui untuk saya sendiri. Membangun bangsa adalah impian dari hampir seluruh orang di negara ini termasuk saya. Jika saya tak bisa mengajarkan ilmu yang saya miliki secara langsung setidaknya saya ingin mengajarkan kepada generasi selanjutnya melalui buku yang saya tulis. Saya ingin mengembangkan ilmu yang saya miliki melalui menulis baik itu menulis sesuatu yang berhubungan dengan dunia ilmiah maupun dunia fiksi. Dengan begitu, ilmu yang saya miliki tidak hilang begitu saja ditelan zaman.

Saya memang seorang anak muda yang sedang memiliki banyak mimpi dalam hidup saya. Selain menjadi penulis dan jurnalis di dunia pariwisata, saya juga memiliki mimpi untuk berkeliling dunia terutama ke beberapa negara impian saya seperti Korea Selatan, Jepang, Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Mendatangi beberapa negara tersebut memang impian saya karena saya tertarik dengan bagaimana mereka mengembangkan negara mereka menjadi negara yang sangat maju dan bisa dikatakan stabil. Saya selalu memimpikan untuk bisa mengubah negara saya Indonesia menjadi seperti negara-negara tersebut. Saya ingin mempelajari semua negara tersebut secara mendalam baik itu mengenai perekonomiannya, budayanya, dan yang utama adalah komunikasinya karena bagi saya ilmu komunikasi itu tidak berhenti hanya di ilmu-ilmu apa saya yang saya pelajari di konsentrasi yang saya ambil. Saya ingin tahu bagaimana negara mengomunikasikan suatu pemahaman mengenai seperti apa seharusnya para rakyat agar negara mereka menjadi lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya. Saya ingin mempelajari tentang mindset rakyat negara tersebut dan bagaimana cara mereka memajukan negara mereka sendiri karena saya sadar bahwa jika hanya pemerintah saja yang berusaha memajukan negara tidak akan ada hasilnya tanpa ada kesadaran dari rakyatnya sendiri dan keinginan mereka untuk maju dan berubah. Meskipun saya tidak terlalu menyukai ilmu-ilmu politik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan politik, saya tetap menyukai ilmu-ilmu sosial karena saya menyadari bahwa saya sebagai salah satu anggota dari warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia harus mau dan mampu memajukan negara ini. Belajar mengenai ilmu-ilmu sosial membuat saya sadar dan peka akan lingkungan sosial saya dan masalah yang melingkupinya. Saya ingin menerapkan ilmu yang saya pelajari untuk, sekali lagi, membangun bangsa ini. Jika ditanya bagaimana cara saya mempelajari negara-negara impian saya, saya akan menjawab bahwa saya ingin sekali menempuh program S2 di salah satu negara tersebut dan target utama saya adalah Jepang dengan prinsip kuat rakyat mereka untuk menghormati negara dan membantu negara. Saya ingin mempelajari kesadaran mereka yang tinggi akan bagaimana seharusnya seorang warga negara melayani negaranya dan bukan hanya menuntut kesejahteraan sementara dari diri sendiri saja tidak mau menerima perubahan dan berubah ke arah yang lebih baik. Selanjutnya saya ingin menempuh program S3 di Amerika Serikat dan setelah itu saya ingin menetap di Perancis. Alasan saya memilih negara-negara tersebut adalah karena ketiga negara tersebut merupakan negara impian prioritas saya dengan toleransi beragamanya yang bisa dibilang cukup tinggi.

Selain berkunjung ke negara-negara tersebut, saya juga ingin memiliki sebuah bisnis. Dunia bisnis memang juga dipelajari di Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada namun di konsentrasi berbeda dari konsentrasi yang saya inginkan yaitu di Konsentrasi Strategis. Akan tetapi, menurut saya itu bukanlah sebuah masalah karena saya bisa mengambil mata kuliah lintas konsentrasi untuk mempelajari ilmu tersebut. Meskipun hanya sekitar 6 sks saja, saya merasa itu sudah cukup karena saya hanya membutuhkan dasar-dasarnya saja. Saya percaya bahwa sebenarnya ilmu berbisnis tidak hanya dipelajari di dalam kelas saja dan hanya berupa teori. Saya percaya bahwa sebenarnya ilmu yang sesungguhnya dapat ditemukan dari pengalaman langsung di lapangan. Saya bukan seseorang yang terlalu terpaku pada ide dan teori tapi saya seseorang yang lebih berfokus pada bagaimana praktiknya meskipun saya juga membutuhkannya untuk perencanaan. Meskipun bisnis hanya sebagai pekerjaan sampingan saya, impian ini juga sudah lama saya miliki sejak saya masih kecil karena sejak kecil itulah saya sudah mulai melakukan bisnis seperti berjualan alat tulis kepada teman-teman saya. Ibu saya juga sering mengatakan pada saya bahwa lebih baik untuk memberi gaji daripada menerima gaji. Hal itulah yang menjadi patokan saya untuk terus mencoba hal-hal yang berbau bisnis. Alasan saya memilih Akuntasi Universitas Gadjah Mada kala SMA adalah prospek saya untuk terjun ke dunia bisnis ketika bekerja nanti. Namun, ketika saya tahu bahwa di Ilmu Komunikasi juga mempelajari mengenai perbisnisan saya menjadi lebih bersyukur lagi seperti salah satu mata kuliah yang sedang saya ambil yaitu Komunikasi Pemasaran Terpadu yang juga mempelajari mengenai dunia bisnis.

Saya juga pernah mendengar cerita dari dosen dan kakak tingkat saya bahwa efek dari fleksibilitas Ilmu Komunikasi adalah kemampuan untuk terjun ke berbagai bidang pekerjaan. Seperti semua impian saya yang sudah saya sebutkan sebelumnya, mimpi saya tersebut semuanya pasti ada hubungannya dengan komunikasi. Ilmu ini tidak saklek membahas mengenai satu hal saja melainkan juga bisa merambah ke ilmu lain dan memberi sudut pandang berbeda kepada saya mengenai suatu hal atau suatu kejadian. Ilmu Komunikasi ini mampu memberi pandangan berbeda dan pemahaman lain daripada kebanyakan orang memandang bagaimana suatu ilmu itu membahas tentang suatu hal. Selain pandangan berbeda, dosen dan kakak tingkat saya selalu menanamkan pada saya bahwa mencari ilmu itu berbeda dengan bekerja. Ilmu memang dipakai dalam dunia pekerjaan tapi ilmu yang kita miliki tidak semuanya akan saklek digunakan dalam dunia kerja karena pasti dibutuhkan ilmu-ilmu lain yang tentunya diambil dari paham ilmu lain. Mereka menanamkan pemahaman bahwa ilmu adalah ilmu untuk menambah pengetahuan sementara pekerjaan adalah hal berbeda di mana pasti akan ditemui berbagai masalah yang juga tentunya memerlukan ilmu lain. Berkuliah di suatu jurusan dan mempelajari suatu ilmu tidak harus diorientasikan pada prospek pekerjaan yang ingin kita miliki kata mereka. Pekerjaan itu akan datang sendiri jika kita sudah memiliki banyak pengalaman dan aktif di dunia lain di luar kampus. Kita akan lebih peka akan kesempatan yang ada di sekitar kita jika kita memang aktif. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya bahwa saya ingin menuangkan ilmu yang saya miliki dalam sebuah buku agar ilmu tersebut tidak terbuang percuma ketika tidak digunakan. Memiliki banyak mimpi juga lah yang menjadi alasan saya agar ilmu yang saya miliki tidak terbuang percuma karena saya menerapkan ke dalam berbagai bidang pekerjaan yang ingin saya jalani di masa depan. Karena saya percaya bahwa ilmu itu tidak akan berhenti hanya pada satu bidang pekerjaan saja tetapi juga pasti terpakai di pekerjaan lain. Selain itu, saya juga percaya bahwa lebih baik saya mengetahui dan melakukan banyak hal secara sedikit-sedikit daripada saya hanya bisa mengetahui satu hal meskipun itu secara mendalam. Apalagi ilmu komunikasi yang sudah banyak digembor-gemborkan sebagai ilmu yang sangat cair dan fleksibel.

POTRET PRESTASI MAHASISWA UGM – HERWANDHANI PUTRI

Herwandhani Putri atau biasa dipanggil Wandha adalah salah satu mahasiswi lulusan Universitas Gadjah Mada tahun 2012 dengan jurusan S1 Ilmu Farmasi. Dalam masa perkuliahannya, beliau sempat mengikuti berbagai macam kepanitiaan, pelatihan, organisasi, seminar, pengalaman bekerja, penulisan, penelitian, publikasi ilmiah, dan presentasi ilmiah serta menjadi Mahasiswa Berprestasi Universitas Gadjah Mada dengan peringkat pertama dalam bidang penelitian. Kontribusi beliau yang nyata selama masa perkuliahannya di Universitas Gadjah Mada telah membawa pengaruh besar dalam membawa nama besar Universitas Gadjah Mada di mata dunia.

Mahasiswi yang pernah menempuh S2 Bioteknologi di Universitas Gadjah Mada ini ternyata merupakan salah satu lulusan SMP dan SMA yang termasuk terbaik di Yogyakarta. Setelah lulus dari SD Negeri Percobaan I pada tahun 2002, beliau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP di salah satu SMP terbaik di Yogyakarta yaitu SMP Negeri 5 Yogyakarta. Begitu lulu dari SMP Negeri 5 Yogyakarta pada tahun 2005, beliau kembali meneruskan pendidikannya di sekolah yang lebih tinggi yaitu SMA di salah satu SMA yang juga terbaik di Yogyakarta yaitu SMA Negeri 3 Yogyakarta. Kemudian, setelah beliau lulus dari SMA pada tahun 2008, beliau melanjutnya pendidikannya ke pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada yang juga merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia. Di Universitas Gadjah Mada, beliau mengambil S1 Jurusan Farmasi di Fakultas Farmasi. Selama masa perkuliahan S1 beliau, banyak prestasi yang telah beliau ukir.

Seperti yang dikutip dari CV beliau, dalam berorganisasi, beliau sempat menjadi Bendahara Umum Badan Eksekutif Mahasiswa KM Farmasi UGM pada masa jabatan tahun 2010 sampai tahun 2011 dan menjadi anggota Kelompok Studi Cancer Chemoprevention Research Center terhitung mulai sejak tahun 2009. Dalam pengalamannya mengikuti kepanitiaan, wanita kelahiran Yogyakarta pada tanggal 28 Desember 1989 ini sempat menjadi panitia dari Pemilihan Remaja Teladan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 dan menjadi bagian dari panitia Workshop Molecular Biology on Cancer pada tahun 2011.  Tak hanya keaktifan beliau dalam mengikuti organisasi dan kepanitiaan, sudah banyak macam pelatihan yang beliau ikuti mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Pelatihan pertama pada tahun 2010 yaitu Sahabat Percepatan Mutu Pendidikan (SP2MP) periode 2010-2011. Tak berhenti di situ, selama tahun 2010, sudah 3 pelatihan yang beliau ikuti. Pelatihan selanjutnya beliau ikuti pada tahun yang sama yaitu tahun 2010 adalah Workshop Cell Culture In Vitro yang kemudian dilanjutkan dengan Workshop in vivo ovariektomi di tahun yang sama pula. Berlanjut ke tahun 2011, beliau telah mengikuti sebuah pelatihan yaitu Workshop Molecular Biology on Cancer “Molecular Docking”. Pelatihan ini tentunya bermanfaat terhadap kelanjutan pendidikan beliau karena pelatihan yang beliau ikuti berkaitan dengan jurusan yang beliau ambil untuk kuliah. Berganti tahun, pada tahun 2012 beliau mengikuti 2 buah pelatihan yaitu yang pertama adalah Pelatihan Kepemimpinan Berkualitas Mahasiswa Berpestasi Universitas Gadjah Mada. Pada tahun yang sama, beliau mengikuti pelatihan lain yaitu Workshop Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Kreativitas Mahasiswa Berpotensi Paten. Semua pelatihan yang telah beliau ikuti menunjukkan betapa aktifnya beliau dalam mencari ilmu selama masa perkuliahannya di Universitas Gadjah Mada dan tentunya akan menjadi bekal dan manfaat tersendiri bagi beliau di masa depan karena ilmu-ilmu yang beliau dapat dari pelatihan-pelatihan tersebut.

Selain pelatihan-pelatihan, keaktifan dan antusias beliau dalam mengikuti dunia perkuliahan juga beliau buktikan dengan ikut serta dalam berbagai seminar mulai dati tahun 2010 hingga tahun 2012 dengan total sudah 4 seminar yang beliau ikuti selama kurun waktu 2 tahun tersebut. Seminar pertama yang beliau ikuti yaitu pada tahun 2010 adalah seminar yang berjudul “The International Seminar on Chmoprevention for Health Promotion and Beauty” yang kemudian disusul dengan seminar lain yang beliau ikuti pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 adalah seminar yang berjudul “Inovasi Untuk Kesejahteraan Rakyat” yang mana seminar ini dilaksanakan untuk memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-16. Pada tahun yang sama, beliau kemabli mengikuti seminar berikutnya yang berjudul “International Seminar On Translational Research In Cancer Chemoprevention” dan pada tahun berikutnya atau tahun 2012 beliau kembali mengikuti seminar tingkat internasional yang berjudul “International Seminar On Traditional Complementary and Alternative Medicine” yang membuktikan bahwa keseriusan beliau dalam menekuni dunia perkuliahannya. Tak main-main, beliau bahkan sampai mengikuti berbagai macam seminar tingkat internasional seperti yang sudah disebutkan sebelumnya untuk memperluas wawasan beliau dalam dunia farmasi.

Selain bermacam-macam pelatihan dan seminar, beliau juga lebih sibuk lagi dengan berbagai pengalamannya bekerja selama berkuliah baik itu ketika menempuh S1 maupun ketika menempuh S2 di Universitas Gadjah Mada. Terhitung mulai pada tahun 2011, beliau adalah asisten praktikum biokimia di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Kemudian, beliau kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai asisten praktikum yaitu sebagai asisten praktikum bioanalisis di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada juga. Beliau semakin melebarkan sayapnya dalam dunia pekerjaan dengan menjadi pembina kelompok ilmiah remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta pada tahun yang sama yaitu tahun 2011. Tahun berikutnya yaitu pada tahun 2012, beliau menjadi tenaga pengajar di Bimbingan Belajar RST dan tahun berikutnya yaitu tahun 2013 setelah lulus menjadi sarjana Farmasi, beliau menjalani praktik kerja profesi apoteker di Production Quality Compliance Departement Sono Group. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2013, beliau juga menjalani praktik kerja profesi apoteker di Apotek dan Rumah Sehat Universitas Gadjah Mada. Pengalaman bekerja beliau yang terhitung cukup banyak tersebut mematahkan pemikiran bahwa bekerja sambil menjalankan kuliah tidak akan mengganggu jam kuliah jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.

Kemudian beliau juga memiliki pengalaman penulisan sebagai salah satu finalis PIMNAS XXIII dalam PKM-GT dengan tulisan beliau yang berjudul “Lahan Tembakau Investasi bagi Kesehatan Indonesia”. Selain penulisan, keseriusan beliau dalam berkuliah dan mencari ilmu juga beliau buktikan dengan berbagai macam penelitian yang pernah beliau lakukan terhitung mulai pada tahun 2010 hingga tahun 2012 sudah ada 6 buah penelitian yang beliau laksanakan bersama tim-timnya baik itu sebagai anggota maupun ketua tim peneliti. Pertama, pada tahun 2010, beliau menjadi anggota peneliti dari penelitian yang berjudul “Potensi Kemoterapi Ekstrak Etanolik Daun Kelor (Moringa olifera L.) pada Kokemoterapi Kanker Kolon” yang dibuat dalam rangka mengikuti PKM-P Dikti tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011 beliau menjadi ketua peneliti dari sebuah tim penelitian yang berjudul “Potensi Kulit Jeruk Purut (Cytrus hstrix D.C.) Sebagai Agen Imunomodulator Pada Efek Imunoupresi Terapi Kanker” yang dibuat dalam rangka mengikuti PKM-P dengan penghargaan setara emas pada PIMNAS XXIV pada tahun 2011. Penelitian ketiga yang beliau lakukan ditahun yang sama adalah sebagai anggota peneliti yang meneliti tentang penelitian yang berjudul “Aktivitas Kemopreventif Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan (Physalis angulata) Melalui Penghambatan Proteasom” yang dilakukan dalam rangka Hibah Penelitian Mahasiswa Berpotensi Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Pada penelitian keempatnya, beliau kembali menjadi ketua peneliti dari sebuah tim penelitian yang meneliti tentang “Studi In Vitro dan Molecular Docking Peningkatan Sensitivitas Sel MCF-7 Terhadap Doxorubicin oleh Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan (Physalis angulata) Melalui Penghambatan Proteasom” sebagai penelitian yang dilakukan dalam rangka Hibah Penelitian Mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Beliau kembali didaulat menjadi ketua peneliti pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2012 dalam tim penelitian yang meneliti tentang “Potensi Daun Dandelion (Taraxacum officinale) Sebagai Agen Hepatoprotektif pada Efek Samping Hepatotoksik Kemoterapi” dalam rangka mengikuti PKM-P Dikti pada tahun 2012. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2012 pula beliau kembali melakukan penelitian dan tergabung sebagai anggota dari tim penelitian yang meneliti tentang “Potensi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Sebagai Agen Kardiohepatoprotektif Pada Penekanan Efek Kardio-Hepatotoksik Kemoterapi” yang dilakukan dalam rangka PKM-P Finalis PIMNAS XXV pada tahun 2012. Berbagai penelitian yang telah beliau lakukan sedikit banyak sebenarnya mampu membantu beliau dalam menyusun skripsi beliau yang sekiranya berkaitan dengan berbagai penelitian yang telah beliau lakukan sehingga mampu membantu beliau untuk lulus lebih cepat.

Berbagai publikasi ilmiah juga pernah beliau lakukan selama masa kuliahnya. Publikasi pertama beliau yaitu sebuah bagian dari jurnal yang berjudul “Indonesian Journal Of Cancer Chemoprevention” di mana beliau menulis sebuah bagian yang berjudul “Ethanolic Extract of Moringaoleifera L. Increases Sensitivity of WiDr Colon Cancer Cell Line Towards 5-Fluorouracil” yang beliau publikasikan pada tahun 2010 bersama beberapa penulis lain yaitu Kholid Alfan Nur, Fany Mutia Cahyani, Aulia Katarina, dan Ratna Asmah Susidarti. Publikasi ilmiah beliau yang selanjutnya adalah bagian jurnal berjudul “Jurnal Saintifika Universitas Gadjah Mada” di mana beliau mengambil bagian jurnal dengan menulis suatu bab yang berjudul “Potensi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Sebagai Agen Imunomodulator yang Prospektif pada Penekanan Efek Imunosupresi Kemoterapi”. Bagian jurnal ini beliau tulis bersama para penulis lain yaitu Standie Nagadi dan Ifani Amalia Saktiningtyas yang dipublikasikan pada tahun 2011. Publikasi ilmiah beliau yang ketiga adalah sebuah bab dari jurnal yang berjudul “Journal Of Tropical Medicine” dan beliau menulis bagian bab yang berjudul “Cardioprotective Effects of Citrus hystrix Peels Extract on Doxorubicin-Induced Rats” yang dipublikasikan pada tahun 2013 setelah beliau lulus dari sarjana farmasi dan jurnal tersebut beliau publikasikan bersama para penulis lain yaitu Yonika Arum Larasati, Standie Nagadi, Nindi Wulandari, dan Adam Hermawan.

Selain ahli dalam bidang akademik, beliau rupanya juga mempunyai keahlian lain di bidang public speaking yang telah beliau buktikan dengan berbagai pengalaman melakukan presentasi ilmiah yang telah beliau lakukan selama masa perkuliahan beliau di Universitas Gadjah Mada. Menghitung mundur, pada tahun 2012, beliau menjadi ketua penyaji dalam sebuah presentasi ilmiah yang berjudul “Effect of Taraxacum officinale Leaves on Doxorubicin Induced-Hepatotoxicity in Rats” dalam sebuah seminar yang pernah beliau ikuti yang berjudul “International Seminar On Traditional Complementary and Alternative Medicine”. Pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011, beliau juga menjadi ketua penyaji dalam sebuah presentasi ilmiah mengenai “Ethanolic Extract of Peels of Kaffir Lime (Citrus hystrix D.C.) : Potential Immunomodulator For Cancer Chemotheraphy” dalam sebuah seminar yang beliau ikuti yang berjudul “International Seminar On Translational Research In Cancer Chemoprevention” pada tahun 2011. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2011 pada kesempatan sebelumnya, beliau menjadi anggota penyaji sebuah presentasi ilmiah yang berjudul “Citrus maxima Peels as Safe Theraphy of Estrogen Deficiency” dalam sebuah seminar internasional yang berjudul “International Seminar On Translational Research In Cancer Chemoprevention” tahun 2011. Pada kesempatan sebelum itu pula, beliau didapuk menjadi ketua penyaji sebuah presentasi ilmiah yang berjudul “Formulation Of A Ciplukan (Physalis Angulata L.) Vaginal Cleaning Solution As Antibacterial” dalam APPS pada tahun 2011. Sementara presentasi ilmiah pertama beliau dilakukan pada tahun 2010 yang mana beliau bertindak sebagai anggota penyaji mengenai sebuah presentasi ilmiah yang berjudul “Ethanolic Extract of Moringa oleifera I. Increases Sensitivity of WiDr Colon Cancer Cell Line Towards 5-Fluorouracil” dalam ISCC tahun 2010. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa tak hanya kemampuan beliau dalam memahami dan menerapkan suatu ilmu dan pengetahuan tetapi juga kemampuan beliau dalam menyampaikan ilmu dan pengetahuan yang beliau miliki yang patut diacungi jempol.

Selain prestasi yang beliau miliki seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, beliau adalah salah satu Mahasiswa Berprestasi Universitas Gadjah Mada yang menduduki peringkat pertama pada tahun 2012. Seperti yang dikutip dari Herwandhani Putri, Mahasiswa Berprestasi UGM yang Aktif Meneliti (2012), Mahasiswi peserta SP2MP 2010 dari PPKB Universitas Gadjah Mada ini juga rajin mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Pada tahun 2010 beliau bisa menjadi bagian dari tim UGM dalam PIMNAS XXIII di Bali, lalu pada PIMNAS XXIV tahun lalu di Makassar beliau berhasil menyabet medali emas untuk melengkapi prestasi Universitas Gadjah Mada sebagai juara umum. Pada tahun 2012 pun beliau baru saja selesai mengikut MONEV PKM awal bulan Mei. Bersama dengan prestasi-prestasi penelitian lainnya, karya-karya putri dari pasangan Bapak Hariadi Heruwoto dan Ibu Sri Wariyanti tersebut juga membuatnya meraih penghargaan Pharmacy Award bidang penelitian pada tahun 2011 dan KMFA Award bidang penulisan pada awal 2011. Dalam rangka Dies Natalis UGM ke-62, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D. juga memberikan penghargaan kepada beliau sebagai peringkat 1 Mahasiswa Berprestasi Universitas Gadjah Mada bidang Penelitian.

Tak perlu heran mengapa beliau mampu dengan begitu mudahnya mendapat berbagai penghargaan hingga akhirnya menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi Universitas Gadjah Mada. Berbagai kegiatan beliau mulai dari pengalamannya berorganisasi, bekerja, publikasi ilmiah, ikut serta dalam berbagai pelatihan, seminar, mengambil bagian dalam berbagai riset penelitian, kepanitiaan, serta keaktifan beliau dalam dunia perkuliahan yang lain lah yang membuat beliau menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi Universitas Gadjah Mada. Semua keaktifat beliau pun tentunya bukan hal yang bisa dibilang mudah karena membagi waktu dengan berkuliah pun cukup sulit jika melihat kesibukan beliau. Namun, dibalik kesibukan tersebut, nyatanya beliau masih mampu untuk lulus dari Universitas Gadjah Mada dalam kurun waktu 4 tahun saja. Hal itu bisa dibilang luar biasa untuk seorang mahasiswa yang dulunya ternyata sangat aktif seperti meninggalkan kesan bahwa ia mungkin tak punya waktu untuk sekadar menginjakkan kaki di kelas.

Sumber:

Herwandhani Putri, Mahasiswa Berprestasi UGM yang Aktif Meneliti. 2012. Diakses dari https://ahmadnasikun.wordpress.com/2012/05/30/herwandhani-putri-mahasiswa-berprestasi-ugm/ pada tanggal 16 April 2016 pukul 14.09 WIB.

CV Herwandhani Putri. 2016. Diakses dari http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/CV-Herwandhani2.pdf pada tanggal 16 April 2016 pukul 14.46 WIB.

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEILMUAN DALAM PROSES BELAJAR

Saya adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Di fakultas yang biasa disingkat dengan FISIPOL saya belajar banyak mengenai ilmu-ilmu mengenai politik dan sosial yang tentunya sesuai dengan nama dari fakultasnya. Di fakultas ini, secara garis besar setiap mahasiswanya diberi kuliah tentang ilmu sosial dan ilmu politik yang wajib dipelajari. Pada semester satu kemarin, saya mengikuti mata kuliah Sejarah Sosial dan Politik Indonesia, Pengantar Ilmu Politik, dan Ilmu Sosial Dasar sebagai mata kuliah wajib dari pihak fakultas. Kemudian, di semester dua ini, saya diberi mata kuliah wajib fakultas Sistem Sosial dan Politik Indonesia dan Metode Penelitian Sosial. Beberapa mata kuliah tersebut wajib diambil oleh setiap mahasiwa sebagai pemenuhan SKS dan sebagai pengenalan tentang ilmu seperti apa yang dipelajari di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini meskipun pada akhirnya mata kuliah tersebut disesuaikan dengan ilmu dari masing-masing departemen yang ada. Misalnya, saya berasal dari Departemen Ilmu Komunikasi. Semua mata kuliah wajib fakultas yang dipelajari nantinya akan dikaitkan dengan konteks ilmu-ilmu komunikasi seperti misalnya Metode Penelitian Sosial yang kemudian dalam praktiknya membuat berbagai pengamatan dan penelitian mengenai masalah-masalah komunikasi di lingkungan sekitar saya.

Semua mata kuliah tersebut menuntut saya untuk peka terhadap lingkungan sekitar saya dalam konteks dunia politik dan kehidupan sosialnya. Akan tetapi, saya kurang menyukai dunia politik jadi saya tidak terlalu memberatkan perhatian saya pada dunia perpolitikan di Indonesia. saya cenderung menyukai untuk mengamati kehidupan sosial yang terjadi di sekitar saya karena menurut saya kehidupan sosial masih lebih perlu diperhatikan dibanding dunia politik melihat kondisi sosial masyarakat Indonesia yang sering dibilang masih timpang dalam berbagai aspek. Hal-hal semacam itulah yang sebenarnya lebih menarik perhatian saya. Dalam mengamati lingkungan sosial sekitar saya, saya mencoba untuk menerapkan ilmu-ilmu tentang dunia sosial yang telah saya pelajari agar saya lebih peka lagi. Akan tetapi, dalam penggunaannya, saya tidak saklek menggunakan ilmu itu karena memang masih harus saya kombinasikan dengan ilmu mengenai komunikasi baik itu yang paling dasar maupun terapan. Penerapan ini memang harus dilakukan karena setiap manusia dan termasuk saya sendiri hidup dalam dunia sosial yang memang tidak bisa lepas dari masalah-masalah sosial yang meliputinya. Ilmu-ilmu yang diajarkan menuntut saya untuk lebih peka akan masalah sosial di sekitar saya dan bagaimana penyelesaian yang terbaik dari masalah tersebut. Saya akan mendapat suatu sudut pandang berbeda dari ilmu yang lain mengenai suatu masalah jika saya menerapkan ilmu tersebut. Seperti misalnya ada suatu kasus penggusuran kampung di Jakarta di mana mahasiswa dari Fakultas Hukum akan melihat dari bagaimana pasal-pasal terkait dan apakah ada pelanggaran dari warga maupun aparat atau mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang akan mencari tahu berapa kerugian yang diterima oleh warga maupun pemerintah. Sementara itu, saya akan mempunyai sudut pandang berbeda mengenai masalah tersebut di mana saya akan melihat dan mencari tahu alasan di balik penggusuran kampung tersebut dan mengapa warga tidak bisa menerima untuk digusur atau bagaimana komunikasi yang terjadi sehingga tidak tercapai kesepakatan di antara pemerintah dan warga. Pandangan berbeda inilah yang sering saya sadari bahwa memang sebenarnya penerapan konsep-konsep keilmuan itu memang ada dan membentuk bagaimana cara berpikir seseorang.

Saya juga sering mempertanyakan bagaimana sebenarnya kebenaran itu dibentuk oleh masyarakat. Sebelumnya di mata kuliah ilmu sosial dasar saya telah diajari tentang bagaimana dan apa itu sebenarnya realitas dan kebenaran sosial. Ketika itu saya memang belum begitu mengerti mengenai penjelasan terkait. Akan tetapi seiring waktu berjalan, saya semakin berpikir mengenai mengapa kesalahan dan kebenaran itu ada. Ketika saya kembali mengingan penjelasan dosen saya, saya akhirnya paham bahwa sebenarnya kebenaran dan kesalahan itu ada karena konstruksi dari masyarakat itu sendiri. Sesuatu akan dianggap benar jika ada hal pembanding lain yang dianggap salah. Hal yang selama ini kita sebut masalah pun ada karena kita sendiri sebagai masyarakat lah yang mengonstruksinya. Semua tidak akan menjadi masalah jika kita tidak menganggapnya sebagai masalah. Masalah ada karena kenyataan yang ada terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya. Dan, sudah pasti yang dinamakan pemecahan akan ada jika masalah itu terjadi. Ilmu semacam inilah yang saya pelajari di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Ilmu semacam itu pula yang harus saya terapkan di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, saya juga harus peka terhadap kemungkinan dari munculnya masalah di sekitar saya dan jika masalah itu sudah muncul saya harus mau berusaha mencari atau setidaknya membayangkan bagaimana pemecahan yang sesuai. Seperti yang pernah diajarkan di mata kuliah Metode Penelitian Sosial yang menyatakan bahwa sebenarnya masalah itu selalu ada di lingkungan sekitar kita dan tergantung pada diri masing-masing untuk kepekaan diri sendiri mengenai masalah yang ada. Akan tetapi, untuk konteks keilmuan komunikasi masalah yang harus diperhatikan adalah masalah mengenai komunikasi dan kita harus bisa membedakannya dari mana yang bukan menyangkut masalah komunikasi. Setelah mengetahui apa itu ilmu sosial, teori komunikasi, dan penelitian, semua akan terasa berkaitan karena setiap ilmu itu muncul akibat adanya ilmu lain. Apalagi Ilmu Komunikasi yang notabene adalah ilmu terapa yang nyatanya mengambil dari beberapa paham ilmu lain dan berbagai perspektifnya. Sudah jelas bahwa semua ilmu itu saling menyambung dan mengonstruksi pengetahuan manusia.

Selain menerapkan ilmu-ilmu yang sekiranya benar-benar ilmu dalam suatu masalah sosial, penerapan ilmu juga bisa dilakukan dengan berbagai cara di antaranya dengan cara penerapan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam kehidupan keluarga. Politik, yang sebenarnya tidak terlalu saya sukai, sesungguhnya memiliki peran penting dalam pembagian tugas di dalam keluarga. Misalnya, ada kedudukan di dalam keluarga sepert ayah sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarga. Hal tersebut juga merupakan salah satu bentuk praktik berpolitik yang cukup sederhana dan biasanya tidak kita sadari sebagai pelakunya. Dari contoh sederhana ini, sebenarnya kita sudah belajar mengenai pembagian kekuasaan yang sah yang juga dipelajari di ilmu politik. Selain itu, menyangkut masalah politik, seperti masalah sosial, kita akan memiliki sudut pandang berbeda mengenai suatu masalah politik. Misalnya saja kasus korupsi yang belakangan ini banyak terjadi. Bagi mahasiswa hukum, masalah tersebut akan mereka lihat dari sisi pasal-pasal yang dilanggar dan apa hukuman setimpal yang sekiranya patut diterima oleh si koruptor. Berbeda halnya dengan persepsi mahasiswa ekonomi yang akan memperkirakan berapa besarnya kerugian negara akibat kasus korupsi tersebut atau berapa jumlah kekayaan yang dimiliki koruptor dari hasil ia berkorupsi. Akan tetapi, bagi saya yang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan di Departemen Ilmu Komunikasi saya kan memiliki pandangan berbeda di mana saya akan lebih ingin tahu tentang bagaimana caranya si koruptor bisa berkomunikasi dengan pihak lain untuk berkorupsi tanpa diketahui orang lain dan bagaimana struktur pembagian kerja agar korupsi tersebut bisa berjalan sesuai yang mereka inginkan.

Dalam proses belajar, saya bukan tipikal orang yang bisa belajar hanya dari teks atau teori saja. Saya perlu untuk melakukannya secara langsung atau melalui praktik dari teori-teori tersebut karena apa yang saya pahami akan muncul ketika saya melihat suatu kejadian. Karena bagi saya, dengan praktik, saya lebih mudah untuk menyerap ilmu dibanding hanya terus belajar menggunakan buku meski saya tahu bahwa belajar menggunakan buku dan teori itu penting sebagai dasar memahami ilmu. Lebih mudahnya, sebagai contoh, seorang guru memberikan ciri-ciri orang yang sedang menderita dehidrasi. Beberapa ciri-cirinya adalah tubuh lemas dan urin akan berwarna pekat atau bahkan seperti darah. Siswa tidak akan paham dengan baik mengenai lemas seperti apa yang dirasakan orang yang dehidrasi karena sang guru tidak menjelaskan mengenai ciri-ciri tersebut. Selain itu, persepsi tentang lemas antara siswa dan guru bisa saja berbeda karena faktor usia yang berbeda pula. Namun, jika siswa tersebut mengalami dehidrasi itu sendiri secara langsung, mereka akan paham seperti apa lemas yang dirasakan oleh orang yang dehidrasi dan tingkat kepekatan urin yang seperti apa. Perbedaan persepsi dan pemahaman yang dimiliki seseorang mengenai suatu hal ini juga yang membuat saya memilih untuk belajar secara praktis daripada belajar menggunakan buku. Selain itu, saya juga menganggap bahwa setiap orang akan menginterpretasikan makna suatu pengetahuan atau ilmu dengan berbeda-beda jika hanya membaca. Belum tentu juga mereka akan paham kalau hanya dengan membaca tanpa ada realisasinya.

Praktik memang penting dalam implementasi ilmu bagi seseorang. Selain dalam kehidupan sehari-hari, penerapan ilmu juga bisa dilakukan dengan mengikuti berbagai macam kegiatan mahasiswa yang ada di lingkungan kampus. Misalnya saja di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik terdapat berbagai macam Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakultas. Salah satu contohnya adalah DEMA FISIPOL atau Dewan Mahasiswa. Dalam organisasi ini, mahasiswa akan berlajar tentang bagaimana caranya berpolitik namun bukan dalam konteks yang negatif seperti yang banyak dilakukan di televisi oleh para pejabat. Namun, kegiatan seperti memilih pemimpin, pembagian kekuasaan, dan hal-hal semacam itulah yang menjadi kegiatan politik. Atau jika ingin dilihat melalui konteks ilmu sosial, kegiatan Organization of Humanity atau OH yang lebih berfokus kepada hal-hal yang berbau tentang memperjuangkan HAM atau masalah sosial lainnya seperti LGBT dan semacamnya. Kegiatan rutin mereka ini juga dilakukan sebagai realisasi dari ilmu sosial yang telah mereka pelajari saat kuliah. Dan dari berorganisasi dan berkegiatan semacam itu, mahasiswa juga akan belajar penerapan ilmu yang sesungguhnya seperti apa bukan hanya membaca buku saja tanpa tahu bagaimana harus bertindak.

Jika membicarakan tentang Departemen Ilmu Komunikasi, terdapat 4 BSO yang merupakan organisasi yang dijalankan oleh mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi. BSO hadir sebagai salah satu implementasi dari nilai-nilai keilmuan yang dipelajari di kuliah Departemen Ilmu Komunikasi. Misalnya saja di Departemen Ilmu Komunikasi kita mempelajari tentang bagaimana menjadi seorang public speaker yang baik. Di dalam kelas selama berkuliah, mahasiswa kebanyakan akan diajari tentang bagaimana teorinya walaupun ada sedikit praktik. Tetapi di BSO yang bernama PRemiere, mahasiswa akan lebih aktif lagi dalam belajar menjadi public speaker yang baik tentang bagaimana gestur mereka, diksi dan pengucapan ketika berbicara, atau penampilan yang bagaimana yang harus mereka tampilkan ketika berbicara. Lain lagi dengan BSO yang bernama Deadline yang mana BSO ini hadir sebagai salah satu wadah bagi mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi yang tertarik pada dunia periklanan. Di Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya di bagian Konsentrasi Strategis, mahasiswa akan diajari tentang dasar-dasar bagaimana membuat iklan yang baik. BSO Deadline hadir sebagai salah satu wadah yang menampung mahasiswa yang ingin belajar lebih lanjut di luar kelas kuliah. BSO lain yang juga hadir sebagai penerapan ilmu komunikasi adalah BSO yang bernama Kine. BSO ini menampung para mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi khususnya di Konsentrasi Media dan Jurnalis yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai perfilman dan bagi mereka yang ingin belajar membuat film. BSO ini hadir karena dalam perkuliahan, perfilman hanya akan diajari oleh dosen selama satu semester saja. Hal ini tentunya akan sangat kurang bagi mahasiswa yang memang benar-benar tertarik dengan dunia perfilman. Sehingga, bagi mereka yang ingin melanjutkan belajar lebih dalam mengenai dunia film, mereka bisa bergabung dengan BSO Kine. BSO terakhir yang juga hadir sebagai hasil dari implementasi ilmu komunikasi adalah BSO yang bernama PPC. BSO ini berfokus pada fotografi. Bagi mahasiswa yang tertarik dengan fotografi, bisa masuk ke BSO ini. Sementara ilmu fotografi akan dipelajari di Konsentrasi Media dan Jurnalis juga seperti BSO Kine.

Dari sana dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebenarnya implementasi nilai-nilai keilmuan dalam proses belajar tidak hanya dapat kita temukan dari mempraktikannya di lingkungan sekitar kita tetapi juga bisa melalui kegiatan di kampus. Semakin banyak kegiatan mahasiswa di kampus yang kita ikuti, akan semakin banyak pula pemahaman ilmu yang kita miliki. Justru dari pengalaman, kita akan mampu memahami apa arti ilmu itu sebenarnya. Seperti bekerja sebagai pekerja paruh waktu ketika masih kuliah, kita akan lebih mengerti bagaimana caranya harus bersosialisasi, atau bagaimana itu dunia pemasaran yang selama ini kita pelajari di ilmu komunikasi. Semakin banyak pengalaman kita dalam penerapan ilmu, semakin paham pula kita tentang ilmu tersebut. Tak ada salahnya mencoba menerapkan ilmu yang kita miliki agar kita tahu. Kesalahan ada untuk kita perbaiki agar kita lebih paham lagi tentang ilmu kita. Jika kita tidak mencoba menerapkannya, kita tidak akan tahu bagaimana ilmu itu harus dipahami sebenarnya. Menjadi mahasiswa merupakan suatu siklus kehidupan baru di mana kita akan mulai banyak mencoba hal-hal baru untuk mengetahui lebih banyak. Jika kesempatan dalam siklus hidup kita ini dilewatkan begitu saja, kita pasti akan menyesal karena kita tidak akan memiliki kesempatan untuk mencoba lagi. Di dunia bekerja pun, ilmu yang hanya sebatas teori tidak akan lebih dihargai dari pengalaman kita untuk mencoba menerapkan teori yang telah kita pelajari selama masa kuliah. Keahlian yang sebenarnya lebih penting jika memang prospek bekerja kita yang tinggi. Jika hanya muluk-muluk belajar di dalam kelas dan dari buku-buku, kita tidak akan tahu bagaimana sebenarnya bekerja itu.

IMPLEMENTASI PANCASILA DAN KEHIDUPAN KAMPUS

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang fundamental. Dasar negara ini dibentuk oleh para founding fathers dengan susah payah demi menunjukkan jati diri Indonesia yang sebenarnya. Sesuai dengan kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Fakultas Filsafat tanggal 10 Maret 2016, Pancasila adalah dasar filsafat bangsa Indonesia yang bersumber dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Pada hakikatnya, Pancasila bersumber dari nilai-nilai budaya dan keagamaan. Nilai-nilai pancasila sebenarnya sudah ada jauh sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. dengan demikian, Pancasila sebenarnya adalah cerminan diri dari bangsa Indonesia sendiri yang kemudian diwujudkan dalam bentuk dasar negara. Nilai-nilai tersebut sebenarnya sudah mengakar sejak lama dan tertanam dalam diri setiap rakyat Indonesia.
Universitas Gadjah Mada atau UGM merupakan universitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai salah satu jati dirinya. Seperti yang dikutip dati salah satu materi PPSMB 2015 yang berjudul Jati Diri UGM bahwa UGM sebagai Universitas Pancasila yaitu universitas yang menetapkan pendirian dan pandangan hidupnya berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, dalam kiprah penelitian (mengungkap kenyataan dan kebenaran, obyektifitas dan universitalitas ilmu pengetahuan), pendidikan/ pengajaran dan pengabdian pada masyarakat, selaras dan senafas dengan nilai-nilai Pancasila. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap kegiatan apapun yang dilakukan oleh setiap warga kampus yang menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada tidak boleh lepas dari nilai-nilai Pancasila karena dasar negara Indonesia tersebut adalah nilai penting yang wajib dijunjung tinggi oleh setiap warga kampus.
Sebagai salah satu penerapannya, Universitas Gadjah Mada mengadakan kuliah umum yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswanya yaitu kuliah Pendidikan Pancasila. Kuliah Pancasila ini dihadirkan sebagai wujud konsistensi Universitas Gadjah Mada dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap diri mahasiswanya. Dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila ini, setiap mahasiswa diberikan pembelajaran baik itu mengenai sejarah Pancasila secara langsung maupun wujud penerapannya dalam kehidupan Universitas Gadjah Mada secara eksplisit. Pembelajaran Pendidikan Pancasila ini mengakibatkan tingkat kesadaran setiap mahasiswa untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila meningkat dari hari ke hari. Hal ini tentu saja menunjukkan keberhasilan Universitas Gadjah Mada dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa setiap mahasiswanya.
Namun, keberhasilan ini tentu saja tidak akan terjadi jika tidak diimbangi dengan kemauan atau kesadaran diri dari setiap mahasiswanya. Kesadaran diri dan kemauan untuk mempelajari justru merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan penerapan nilai-nilai Pancasila. Jika seseorang itu sadar atau mau untuk belajar, bukan tidak mungkin keberhasilan pemahaman Pancasila akan tercapai. Begitu pula sebaliknya jika dari pihak universitas berusaha mati-matian dan bekerja keras menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri mahasiswanya jika dari mahasiswa tersebut tidak ada keinginan atau kemauan untuk belajar mengenai Pancasila dan kesadaran diri bahwa Pancasila itu penting sebagai jati diri baik itu Indonesia maupun lingkup yang lebih kecil yaitu Universitas Gadjah Mada. Jadi, bukan hanya satu pihak saja yang berusaha untuk belajar atau mengajari tetapi juga kesepakatan antara dua pihak agar keberhasilan itu dapat tercapai.
Dalam kehidupan kampus, penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilihat satu per satu sesuai dengan silanya. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila ini mengajarkan bahwa dalam setiap diri mahasiswa tertanam sifat dan sikap religius sebagai manusia yang memiliki kepercayaan dan keyakinan beragama yang sudah dibawa sejak lahir. Sifat dan sikap ini harus dibangun demi menciptakan manusia yang berakhlak dan berbudi mulia sesuai dengan ajaran agamanya. Penerapan dari sila pertama Pancasila ini adalah diadakannya kuliah Pendidikan Agama sesuai dengan agama masing-masing mahasiswa. Pendidikan Agama ini hadir sebagai usaha dari Universitas Gadjah Mada dalam mewujudkan nilai-nilai religius Pancasila sila pertama.
Sebagai contoh lain, sesuai dengan kesadaran beragama masing-masing, mahasiswa membentuk organisasi-organisasi yang berhubungan dengan agama masing-masing. Hal ini tentu saja merupakan perwujudan sila pertama yang menjunjung tinggi keyakinanberagama sitiap manusia termasuk mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Setiap mahasiswa tidak akan dilarang mendirikan organisasi beragama selama itu tidak melenceng dari bagaimana seharusnya setiap manusia melaksanakan kegiatan beragamany dan tidak merugikan orang lain. Pihak Universitas Gadjah Mada pun tidak boleh melarang kegiatan ini karena kebebasan beragama merupakan perwujudan Pancasila dan jika dilarang, maka kebebasan itu telah dilanggar.
Kedua, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah sila yang turut serta diajarkan nilai-nilainya kepada mahasiswa. Salah satu contohnya adalah penerapan melalui kebebasan mahasiswa untuk menyuarakan pendapat dan tuntutannya baik itu kepada pihak Universitas Gadjah Mada maupun kepada pemerintah. Sila ini berkaitan pula dengan Hak Asasi Manusia sebagai suatu hak yang melekat dalam diri setiap manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Mahakuasa yang tidak dapat dihilangkan dan harus dilindungi baik itu oleh sesama manusia, hukum, dan pemerintahan. Jika kebebasan berpendapat, sebagai salah satu unsur hak asasi manusia, tidak dihargai atau justru dilarang oleh pihak Universitas Gadjah Mada maka akan terjadi pelanggaran HAM dan tentu saja merupakan hal yang tidak sesuai dengan sila kedua Pancasila yang selama ini kita junjung tinggi.
Contoh lain dari penerapan sila kedua Pancasila berupa kemanusiaan yang dijunjung tinggi adalah pembentukan UKM atau unit kegiatan mahasiswa dan organisasi mahasiswa lain. Hal ini berkaitan dengan salah satu hak dari HAM yang menyebutkan tentang kebebasan berkumpul dan berserikat. Kebebasan mahasiswa untuk membentuk organisasi, perkumpulan, dan perserikatan juga merupakan bagian dari perwujudan salah satu hak asasi manusia dan sila kedua pancasila. Pelarangan atas hak-hak semacam itu adalah tindak pidana pelanggaran HAM yang akan diberi sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Ketiga, sila Persatuan Indonesia yang merupakan salah satu sila yang sebenarnya sangat menggambarkan kondisi Universitas Gadjah Mada saat ini. Mengapa? Alasannya adalah karena Universitas Gadjah Mada memiliki mahasiswa yang berasal tidak hanya dari satu suku, daerah, atau ras sajat. Universitas Gadjah Mada menerima mahasiswa yang berasal dari setiap sudut negara Indonesia dan tidak memperhatikan suku, ras, agama, atau daerah. Mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Universitas Gadjah Mada terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, ras, berasal dari berbagai daerah. Semua mendapat perlakuan dan tempat yang sama serta hak yang sama untuk menuntut ilmu. Tidak ada diskriminasi terhadap suatu kelompok saja atau membanggakan suatu kelompok saja. Bahkan dari pihak mahasiswa pun tidak ada yang saling membedakan satu sama lain dan berteman dengan baik sesuai dengan sila ketiga Pancasila.
Selain dari pihak Universitas Gadjah Mada sendiri yang tidak membedakan mahasiswanya, dari pihak mahasiswa sendiri juga tidak membedakan siapa teman mereka. Tidak ada pelecehan terhadap suatu kelompok, ras, agama, suku, dan semacamnya. Semua berteman seperti tidak ada perbedaan yang sebenarnya membatasi mereka. Mahasiswa dan mahasiswi sadar akan perbedaan yang ada tersebut dan mencoba untuk mengatasinya dan berteman seperti biasa. Mereka tidak membedakan ingin berteman dengan sesama suku, agama yang sama, ataupun kedaerahan. Identitas semacam itu hanya dipakai untuk memperkuat persaudaraan namun bukan untuk membedakan apalagi memisahkan mereka dari teman yang lain. Dengan begitu, kehidupan perkuliahan pun berjalan lancar karena tidak ada sentimen semacam itu.
Keempat, sila yang menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Sila ini tentu saja menjunjung tinggi tentang praktik yang berkaitan tentang pengambilan keputusan terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia melalui musyawarah. Dalam lingkup Universitas Gadjah Mada, sila keempat Pancasila ini diterapkan melalui berbagai cara salah satunya adalah pemilihan Presiden Mahasiswa yang dilakukan menggunakan voting. Hal ini tentu saja secara langsung maupun tidak telah menegakkan sila keempat Pancasila. Pemilihan Presiden Mahasiswa tidak didasarkan pada kepentingan suatu pihak melainkan juga kepentingan semua pihak demi mewujudkan penegakan sila keempat Pancasila. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang sila keempat ini sanga krusial karena berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan setiap mahasiswa. Hal tersebut menyangkut tentang kaitannya dengan kenyataan bahwa keputusan suatu pihak belum tentu mencakup kebutuhan semua pihak.
Menurut Kaelan dan Zubaidi (2015:35), sila keempat Pancasila ini juga mengandung suatu nilai penting yaitu mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab. Dari hal tersebut dapat kita petik suatu pelajaran bahwa perbedaan bukan masalah dalam suatu perkejaan yang membutuhkan kerjasama. Perbedaan yang dimaksud bisa diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan suku, ras, agama, dan kedaerahan. Namun, perbedaan itu juga bisa diartikan sebagai perbedaan dalam konteks kepentingan. Kepentingan yang berbeda itulah yang harus diarahkan agar kerjasama bisa tercapai dengan baik. Kepentingan-kepentingan yang berbeda itulah yang harus dibicarakan agar mencapai kesepakan yang mencakup keinginan setiap pihak tanpa ada kerugian di pihak manapun. Artinya, tidak ada pementingan kebutuhan suatu pihak dalam suatu kerjasama dan diskriminasi atas suatu pihak lain.
Terakhir, atau sila kelima Pancasila adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini jelas sekali menitikberatkan pada keadilan yang harus diterima oleh setiap rakyat Indonesia. tidak terkecuali keadilan bagi setiap warga Universitas Gadjah Mada. Misalnya mahasiswa, mereka diwajibkan untuk membayar UKT sebagai pemenuhan biaya pendidikan. Namun, UKT ini tidak dipukul rata atau sama bagi setiap mahasiswa karena adil bukan berarti sama. UKT dalam konteks adil dibagi sesuai dengan kemampuan setiap mahasiswa membayar UKT yang diwajibkan atau bahkan ada bidikmisi bagi mahasiswa yang benar-benar tidak mampu membayar UKT. Konsep keadilan di sini berarti sudah ditegakkan oleh Universitas Gadjah Mada agar tidak memberatkan suatu pihak tetapi justru merupakan suatu hal yang mudah bagi pihak yang lain.
Selain UKT, keadilan di UGM dapat dilihat dari sisi warga Universitas Gadjah Mada juga. Terdapat berbagai macam peraturan yang dibuat oleh pihak Universitas Gadjah Mada untuk mengatur jalannya kegiatan di lingkungan kampus. Peraturan itu ada dan dibuat untuk dipatuhi oleh setiap bagian dari Universitas Gadjah Mada. Dengan mematuhi peraturan tersebut, keadilan sudah terjadi karena kita menghargai si pembuat aturan. Kita menaati peraturan sebagai umpan balik karena Universitas Gadjah Mada yang sudah memberikan berbagai fasilitas kepada setiap warganya. Dengan patuh dan taat pada aturan maka kita sudah menghargai Universitas Gadjah Mada. Selain itu, fasilitas yang ada dibuat dengan dilindungi berbagai aturan untuk menjaganya tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian, peraturan yang melingkupinya hadir untuk kita patuhi demi kelangsungan hidup fasilitas itu agar juga bisa mendukung kegiatan kita di lingkungan Universitas Gadjah Mada.
Pada akhirnya, baik itu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan telah dijunjung tinggi dan dihargai di lingkungan Universitas Gadjah Mada sebagai perwujudan salah satu jati dirinya yaitu Universitas Pancasila. Kelima nilai Pancasila tersebut pun adalah bagian-bagian dari HAM yang wajib ditegakkan dan dilindungi. Usaha Universitas Gadjah Mada dalam menerapkan kelima nilai tersebut adalah suatu perwujudan bahwa HAM dijunjung tinggi dan dihormati di lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada. Implementasinya pun sudah nyata baik itu secara kita sadari maupun tidak. Namun, semua itu kembali lagi kepada diri masing-masing di mana setiap warga yang menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada memiliki kesadaran penuh dan kemauan tinggi untuk mempelajari, menerapkan, dan mengajari nilai-nilai Pancasila sebagai bagian dari HAM.
Dalam salah satu materi PPSMB 2015 yang berjudul Pancasila Adalah Jiwa UGM, Prof. Dr. Sardjito pernah berkata bahwa, “Pantjasila adalah isi daripada Gadjah Mada, isi daripada Universitas ini, dan saja minta kepada semua mahaguru, pada lektor-Iektor supaja Pantjasila, djiwa Pantjasila itu, betul-betul dikobar-kobarkan, dihidup-hidupkan di dalam kalangan mahasiswa semua.” Maka dari itu, tidak mungkin Universitas Gadjah Mada mengingkari petuah dari Prof. Dr. Sardjito tersebut. Petuah tersebut adalah hal yang harus selalu diingat untuk menjaga konsistesi Universitas Gadjah Mada dalam menerapkan dan menegakkan serta mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik itu di kampus maupun di masyarakat sekitar.
Melanggar nilai-nilai Pancasila berarti telah mengkhianati perjuangan para pendahulu kita di Universitas Gadjah Mada ini. Dengan adanya nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam setiap kegiatan di lingkungan kampus, tentu saja semua bisa berjalan dengan damai tanpa adanya suatu gesekan sentimen apapun. Setiap bagian dari Universitas Gadjah Mada bebas menjalankan kegiatan peribadatan sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Hal-hal yang menyangkut keagamaan dihargai pelaksanaannya selama tidak merugikan yang lainnya. Nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia dijunjung tinggi sebagai penghargaan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kebebasan berpendapat, beragama, berserikat, bekumpul, menuntut ilmu, dan yang lainnya dihargai di Universitas Gadjah Mada. Tidak ada pembedaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan suku, ras, agama, daerah. Tidak ada diskriminasi baik itu dari pihak Universitas Gadjah Mada maupun dari mahasiswa atau bagian lainnya dalam setiap kegiatan di lingkungan kampus. Musyawarah merupakan aspek penting dalam setiap kehidupan di Universitas Gadjah Mada. Pengambilan keputusan sepihak bukanlah kebudayaan yang mengakar di lingkungan kampus karena hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar yaitu perpecahan. Dan, keadilan akan selalu dijunjung tinggi demi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan semua pihak. Tidak ada pemberatan di suatu pihak dan kebebasan berlebihan di pihak lain.
Semua harmoni yang ada harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan. Sebagai suatu bagian kecil dari penyatuan bangsa-bangsa, Universitas Gadjah Mada berperan penting agar kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dapat tercapai sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri negara dan Universitas Gadjah Mada ini sendiri. tidak boleh ada pengkhianatan terhadap cita-cita tersebut agar kehidupan harmonis ini tidak hancur.

Sumber:
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Komunikasi tentang “Identitas Nasional” 10 Maret 2016
Materi PPSMB 2015 “Pancasila Adalah Jiwa UGM”
Materi PPSMB 2015 “Jati Diri UGM”